Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Selamat Datang di Blog saya!
Welcome atau kata orang Arab "Ahlan Wa Sahlan"
Semoga bisa memberikan manfaat!!! Amin.

Jumat, 26 Agustus 2011

Meluruskan Makna Emansipasi (Rubrik Opini Bangka Pos, 27 April 2011)


Berbicara masalah emansipasi, maka ingatan kita pasti tertuju kepada seorang wanita yang menjadi pelopor lahirnya emansipasi wanita di Indonesia, yaitu RA. Kartini. Seorang putri yang dilahirkan dari keluarga priyayi atau kelas bangsawan Jawa yang lahir pada tanggal 21 April 1879. Beliau juga terkenal dengan karyanya ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Buku tersebut menceritakan tentang perjuangan kaum wanita untuk mengangkat derajat dan martabatnya yang pada masa itu selalu menjadi objek penderitaan. Buku tersebut juga bertujuan agar wanita disamakan dengan laki-laki dalam segala bidang, sehingga apa yang dikatakan sebuah pepatah ‘duduk sama rendah berdiri sama tinggi’ bisa terwujud.
Jika kita melihat kembali sejarahnya emansipasi itu berawal dari akibat rasa frustrasi dan dendam terhadap sejarah kehidupan Barat yang dianggap tidak memihak kaum perempuan. Supremasi masyarakat yang feodal pada abad ke-18 di Eropa yang cenderung meremehkan dan melecehkan kaum wanita telah ikut andil menyulut kemarahan kaum wanita untuk menyuarakan gagasan-gagasan tentang emansipasi. Tuntutan persamaan, kebebasan, dan pemberdayaan hak-hak perempuan terus diletupkan seiring dengan semangat pemberontakan terhadap dominasi kaum laki-laki.
Dari pemikiran-pemikiran Barat itu pula Kartini mulai melakukan ‘pemberontakan’ terhadap berbagai pihak yang terus melakukan penindasan bagi wanita, baik itu penindasan fisik maupun psikis. Dengan surat-surat dan tulisannya di berbagai media Kartini menyerukan perjuangan terhadap pengekangan wanita. Dan berkat kegigihannya, Kartini mampu merubah paradigma bahwa wanita itu tidak selalu berada di bawah kekuasaan laki-laki hingga sampai sekarang gaung emansipasi dan kesetaraan gender selalu menjadi senjata kaum wanita untuk mendapatkan persamaan hak.
Pengertian Emansipasi
Kata emansipasi bukan lagi menjadi kata yang asing di telinga kita. Kata ini menjadi populer seiring era keterbukaan di setiap lini kehidupan. Slogan emansipasi seakan menjadi taji bagi setiap wanita untuk terbebas dari ketertindasan, keterkungkungan, keterbelakangan dan ketiadaan harkat yang menjadi belenggu kaum wanita. Kehidupan wanita yang dulunya seakan terpasung di tengah eksploitasi kaum Adam terhadapnya. Seakan menghilang dengan dicetuskannya gerakan emansipasi wanita dan persamaan gender.
Pengertian emansipasi wanita itu sendiri secara harfiah adalah kesetaraan hak dan gender. Emansipasi wanita juga bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk menuntut persamaan hak-hak kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria di segala bidang kehidupan. Emansipasi wanita bertujuan memberi wanita kesempatan bekerja, belajar, dan berkarya seperti halnya para pria, seimbang dengan kemampuannya. Pengertian sama di sini lebih dipersepsikan pada kata sejajar karena tidak bisa dipungkiri wanita dan laki-laki jelas-jelas berbeda.
Perbedaan itu bisa dilihat dari kondisi fisik, sisi emosional yang menonjol, sifat-sifat bawaan. Secara fisiologis, misalnya, wanita mengalami haid hingga berkonsekuensi berbeda pada hukum-hukum yang dibebankan atasnya. Sementara dari kejiwaan, pria umumnya lebih mengedepankan akalnya sehingga lebih bijak, sementara wanita cenderung mengedepankan emosinya. Namun dengan emosi yang menonjol itu, wanita patut menjadi ibu yang mana punya ikatan yang kuat dengan anak.
Jadi pengertian emansipasi wanita yang tepat adalah memperjuangkan agar wanita bisa memilih dan menentukan nasib sendiri dan mampu membuat keputusan sendiri. Untuk tahap selanjutnya pembekalan agar wanita mampu untuk menentukan nasib dan membuat keputusan ini sering disebut dengan pemberdayaan wanita. Dengan adanya pemberdayaan wanita ini diharapkan wanita bebas menentukan dan melakukan apa yang diinginkannya. Kebebasan disini maksudnya kebebasan yang berkualitas, bukan kebebasan seratus persen, karena biar bagaimanapun tetap saja ada perbedaan yang prinsipil antara wanita dan laki-laki (seperti yang sudah disebutkan di atas), ada pekerjaan yang tidak bisa kerjakan wanita hanya pria yang bisa, sesuai dengan kodrat masing-masing begitu juga sebaliknya wanita itu mempunyai kehebatan-kehebatan yang tidak dimiliki laki-laki.
Wanita dan Pendidikan
Emansipasi yang dengan susah payah diperjuangankan oleh Kartini seharusnya ditindaklanjuti dengan tindakan nyata jangan hanya sebatas tataran konsep. Karena jika masih pada tataran konsep belaka maka tujuan yang diharapkan selama ini akan menjadi sia-sia. Bukti dari kesia-siaan itu adalah masih banyaknya wanita yang belum merasakan kesamaan gender terutama bidang pendidikan. Memang ada sebagian wanita yang sukses dan mempunyai pendidikan yang tinggi namun tidak sedikit pula wanita yang hanya mempunyai pendidikan SD/sederajat. Hal inilah yang terkadang membuat para wanita itu menjadi bahan ekploitasi baik fisik maupun seksual oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu untuk menghindari eksploitasi tersebut diharapkan para wanita harus berjuang mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi seperti yang sudah ditunjukkan oleh Kartini, karena dengan adanya pendidikan para wanita akan mampu meminimalisir segala bentuk kejahatan yang bisa mengancam keselamatan mereka. Akhirnya selamat hari Kartini, semoga semangat Kartini akan selalu ada pada diri wanita-wanita Indonesia.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar