Perlunya Pendidikan Budi Pekerti
Oleh: Jumiati, S.Sos.I
PAUD Permata Bunda Toboali
Salah satu tempat yang tepat untuk melaksanakan pendidikan budi pekerti adalah di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
PAUD merupakan pendidikan yang amat mendasar dan strategis, karena masa usia dini merupakan usia emas dan peletak dasar (pondasi awal) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini terjadi lonjakan luar biasa pada perkembangan anak, untuk itu pondasi awal harus benar-benar kuat dan kokoh yaitu melalui asupan gizi seimbang, perlindungan kesehatan, asuhan penuh kasih sayang dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan masing-masing anak.
Pemberian rangsangan pendidikan dapat dilakukan sejak lahir bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Rangsangan pendidikan ini hendaknya dilakukan secara bertahap, berulang, konsisten dan tuntas, sehingga memiliki daya ubah (manfaat) bagi anak. Rangsangan pendidikan dapat dilakukan melalui pendidikan di rumah (home base) dan pendidikan di luar rumah (center base) dan keduanya harus selaras dan saling mendukung, sehingga diperoleh manfaat yang optimal.
Lembaga PAUD dari tahun ketahun terus mengalami perkembangan yang pesat, ini dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah satuan pendidikan anak usia dini yang cukup signifikan yang diprakarsai oleh masyarakat secara mandiri di seluruh pelosok tanah air. Dengan adanya perkembangan pendidikan anak usia dini ini diharapkan mental anak-anak sebagai generasi bangsa ke depan benar-benar dapat kita persiapkan baik jasmani maupun rohaninya. Melalui pendidikan ini anak akan diasah kecerdasaan akademiknya (IQ), kecerdasan mental spiritual atau budaya dan agama (EQ dan SQ).
Sayangnya sebagian besar orang tua dan pendidik cenderung menganggap lebih penting kecerdasan akademik (IQ) dibandingkan kecerdasan mental spritual atau budaya dan agama (EQ dan SQ). Sehingga sering terjadi anak memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi tetapi tidak memiliki akhlak yang terpuji. Kondisi ini terjadi, salah satunya karena minimnya referensi dan acuan bagi orang tua dan pendidik tentang pola pengasuhan dan pendidikan berbasis pengembangan mental dan spritual (salah satunya tentang penanaman budi pekerti).
Penanaman Budi Pekerti
Menurut M. Imran Pohan dalam bukunya Budi Pekerti dalam Rangka Sosialisme Indonesia (1966), menerangkan bahwa budi pekerti ialah segala tabiat atau perbuatan manusia yang berdasar pada akal atau pikiran. Karena akal atau budi merupakan kesadaran, keinsyafan, maka budi pekerti mencakup perbuatan yang dilakukan atas keinsyafan menentukan baik buruk.
Sedangkan menurut A. Tabrani Rusyan dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Budi Pekerti mengemukakan bahwa pengertian budi pekerti adalah kehendak yang biasa dilakukan atau segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatan-kegiataan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan atau bisa dikatakan juga sebagai kualitas tingkah laku, ucapan, dan sikap seseorang yang mempunyai nilai utama atau hina.
Dengan menelaah dari dua pendapat di atas, budi pekerti sebagai salah satu aspek kecerdasan yang dimiliki anak harus ditanamkan sejak dini, dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mengarah pada pembentukan perilaku dan kepribadian yang baik.
Penanaman budi pekerti pada anak memang harus dilakukan sedini mungkin, mengingat masa-masa anak di usia dini mudah merekam setiap informasi yang baru dalam otaknya, apakah itu informasi yang sifatnya positif maupun negatif. Pendidikan budi pekerti bagi anak tidak cukup hanya dengan teori-teori saja, tetapi yang penting dan efektif adalah dengan memberikan contoh, menceritakan kisah-kisah dan panutan. Perilaku orang tua dan pendidik haruslah menjadi contoh dan panutan di hadapan anak-anak. Oleh karena itu mereka dituntut menghiasi dirinya dengan akhlak serta budi pekerti yang luhur.
Selain hal di atas keharusan menanamkan budi pekerti bagi anak sejak usia dini dikarenakan anak-anak mempunyai daya rekam dalam otaknya yang luar biasa, sehingga sekecil apapun nilai positif yang kita ajarkan akan tetap melekat sampai menjelang dewasa dan akan mempengaruhi tingkah laku mereka kedepan. Mengingat kecerdasan anak-anak didik kita yang majemuk, maka diperlukan penggunaan metode/teknik yang bervariasi agar masing-masing anak mudah memahami apa yang diajarkan sesuai dengan kecerdasan masing-masing.
Metode Penanaman Budi Pekerti
Beberapa metode yang digunakan dalam penanaman budi pekerti pada anak usia dini, di antaranya, metode karyawisata, Metode Bermain Peran, Metode Bercerita dan metode outbond. Metode karyawisata bermanfaat dalam menanamkan budi pekerti dengan mengasah kecerdasan natural atau kepekaan anak terhadap lingkungaan yang menjadi objek karyawisata, kemudian metode bermain peran merupakan suatu kegiatan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di sekitar anak, dapat dipakai anak untuk mengembangkan daya khayal atau imajinasinya. Melalui metode bercerita anak dapat membedakan contoh perbuatan-perbuatan yang baik dan yang buruk, dapat pula dikembangkan ke arah perkembangan daya cipta, daya pikir, keterampilan, bahasa, dan perilaku/emosi anak. Kemudian melalui metode outbond yang penuh dengan permainan bertujuan agar anak merasa senang dalam belajar dan lebih dekat dengan alam.
Dengan mengetahui keempat metode di atas, kita selaku orang tua/tenaga pendidik/yang terlibat dengan pendidikan anak-anak usia dini bisa menerapkannya sesuai dengan kecerdasan masing-masing anak, sehingga penanaman atau pendidikan budi pekerti pada anak didik kita benar-besar bisa dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar